Vox Point DKI Jakarta Gelar Seminar Menakar Komposisi Kabinet Kerja Jilid II



Vox Point Indonesia DKI Jakarta menggelar diskusi politik bertajuk “Menakar Kabinet Kerja Jokowi” di Sanggar Prativi Building, Jakarta Pusat Sabtu, (20/07) 2019.

Diskusi politik ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan Pak Jokowi dan Prabowo Subianto di MRT Sabtu, (13/07) 2019.

Turut hadir sebagai narasumber dalam diskusi bapak Goris Loweleba Wakatum Vox Point Indonesia, Arya Fernandes dari CSIS, Ansy Lema Anggota DPR RI dari partai PDIP dan Faldo Maldini Politisi PAN.

Dua pertanyaan pokok yang disampaikan oleh moderator Norben Syukur kepada para narasumber adalah “Apakah 02 akan bergabung dangan 01? Dan bagaimana postur kabinet yang akan dibentuk?” Menjawabi pertanyaan itu, para narasumber diberikan kesempatan untuk memberikan pernyataan mereka dengan kisaran waktu 10-15 menit.

Pak Goris Loweleba sebagai pemateri pertama mengatakan bahwa “kriteria kabinet kerja haruslah orang-orang yang memiliki kualifikasi yang besar dan kuat agar tercapai tujuan visi-misi pak Jokowi”.

Lebih lanjut dia katakan “sosok-sosok itu harus memiliki kompetensi ilmiah, kualifikasi kejuruan, dan kapasitas komunikasi politik.

Kenapa ketiga hal ini penting karena seorang politisi atau seorang ahli sekalipun ketika dia menjadi pejabat pemerintahan apalagi menteri dia harus mempunyai kemampuan untuk melobi. Dia tidak boleh hanya sekedar menteri an sich dalam bidangnya, tapi dia macet dalam dinamika politik”.

Sementara itu bung Faldo Maldini sebagai seorang politisi PAN menyampaikan bagaimana posisi PAN pasca pertemuan Pak Jokowi dan Prabowo.

Sebagai kubu oposisi dengan tegas beliau menyampaikan “Semua politisi selalu mendekat ke kekuasaan dan PAN tidak akan minta-minta jatah kursi karena malu betul. Kursi kabinet adalah hak prerogatif presiden. Untuk saat ini posisi PAN masih fleksibel karena belum RAKERNAS yang akan dilaksanakan Juli atau Agustus mendatang.”

Bung Faldo tidak menyampaikan secara gamblang terkait posisi PAN saat ini. Jika ditawarkan kursi kabinet oleh pak Jokowi juga belum bisa dipastikan apakah akan menerima atau menolaknya. Sebagai oposisi bung Faldo belum bisa pastikan jawaban PAN karena semua itu akan disampaikan dalam RAKERNAS.

Politisi muda ini hanya mengatakan “bapak Jokowi adalah presiden yang tanpa beban masa lalu, tetapi beliau butuh dukungan yang sangat besar agar visi-misi terwujud.”Oleh karena itu, harapan yang disampaikan agar “posisi pak Jokowi jangan ditinggikan lagi. Posisinya sudah sangat tinggi. Kita hanya mau menghadirkan negara pada rakyat yang kalah”.

Sedangkan anggota DPR RI periode 2019-2024, bung Ansy Lema menekankan bagaimana sikap PDIP pasca rekonsiliasi Pak Jokowi dan Prabowo. Menurut dia “kita sekarang sudah melewati fase eleksi dan dilanjutkan dengan fase rekonsiliasi yang secara simbolik sebenarnya pesan kuat sekali. Setelah fase rekonsiliasi itu selesai kita memasuki fase akomodasi, yaitu masuk ke dalam koalisi atau tetap kepada oposisi.”

“Kalau membaca sikap politik PDIP Perjuangan merupakan partai yang paling jelas dalam bersikap. Tiga puluh dua tahun direpresi oleh Orde Baru, PDI itu tetap konsisten sepert itu, kalah ya di luar, menang yah memimpin, memerintah. PDI seperti itu. PDI nyaris tidak pernah abu-abu selalu seperti itu.

PDI Perjuangan itu meyakini bahwa demokrasi yang sehat itu harus ada check and balance. Karena itu harus ada koalisi dan oposisi.”
Kalau partai mengirim orang-orangnya bukan untuk meminta kursi melainkan untuk mengawal kekuasaan. Sehingga bung Ansy “Partai ada untuk rakyat dan untuk menampung aspirasi rakyat.”

Narasumber terakhir dalam diskusi ini adalah Arya Fernandes dari CSIS. Bung Arya memiliki pandangan berbeda dengan para narasumber sebelumnya. Bagi dia “situasi sekarang cukup menyulitkan Jokowi dalam beberapa hal.”

“Situasi internal koalisi sendiri menyulitkan pak Jokowi. Dengan koalisi 10 partai ini, 5 partai lolos ke parlemen dan 5 sisanya tidak lolos menyulitkan bagi Jokowi untuk membentuk kabinet yang ideal dan pada akhirnya Jokowi berpikir realistis. Dia akan mengkompromikan banyak hal partai-partai yang ada di internal ini. Dan pada saat yang sama dia juga akan berkompromi dengan partai-partai yang akan bergabung.”

“Kesulitan kita saat ini adalah tidak punya peta jalan untuk penyusunan kabinet seperrti apa.

Para kainet yang akan dipilih bisa dari kalangan politisi, bisa dari kalangan profesional dan juga dari kalangan relawan yang sudah berdarah-darah memenangkan pak Jokowi.”

Dengan demikian peneliti CSIS ini menyimpulkan bahwa “yang pasti Jokowi mengambil jalan tengah dengan memilih para politisi profesional dan berintegritas.”

Yeri Lando

Belum ada Komentar untuk "Vox Point DKI Jakarta Gelar Seminar Menakar Komposisi Kabinet Kerja Jilid II"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel